PERLAKUAN KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN INFLASI (PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA DALAM AKUNTANSI INTERNASIONAL)
A. Latar
Belakang
Masalah
Fluktuasi nilai mata uang dan
perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan karakteristik
yang
terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah perubahan
harga
(changing prices), kita harus membedakan antara pergerakan harga umum
dan
pergerakan harga spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah
perubahan harga
itu. Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga
seluruh
barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan
harga
secara keseluruhan disebut sebagai inflasi (inflation), sedangkan
penurunan
harga disebut sebagai deflasi (deflation).
Perubahan harga spesifik mengacu
pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu yang disebabkan
oleh
perubahan dalam permintaan dan penawaran. Kehancuran sosial dan politik
yang
ditimbulkan oleh rangkaian periode hiperinflasi (ketika laju inflasi
meningkat
lebih dari 50 % tiap bulannya) terdokumentasi dengan baik dan hal ini
menjelaskan mengapa tingkat harga yang stabil menjadi prioritas nasional
bagi
banyak negara di dunia, kalangan usaha juga merasakan pengaruh inflasi
pada
saat harga factor produksi meningkat. Meskipun perubahan harga terjadi
diseluruh dunia, pengaruh terhadap pelaporan bisnis dan keuangan
berbeda-beda
dari satu negara ke negara lain.
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Ketidak akuratan pengukuran ini mendistorsi (1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan (3) data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan :
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Ketidak akuratan pengukuran ini mendistorsi (1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan (3) data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan :
1. Kenaikan dalam proporsi pajak
2. Permintaan dividen lebih banyak
dari
pemegang saham
3. Permintaan gaji dan upah yang lebih
tinggi dari para pekerja
4. Tindakan yang merugikan dari negara
tuan rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar).
Kegagalan untuk menyesuaikan data
keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga
menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk
menginterpretasikan
dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam
periode
inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli
umum
yang lebih rendah (yaitu daya beli periode kini), yang kemudian
diterapkan
terhadap beban terkait. Prosedur akuntansi yang konvesional juga
mengabaikan
keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas
(ekuivalennya) selama periode inflasi.
Oleh karena itu, mengakui pengaruh
inflasi secara eksplisit berguna dilakukan karena :
1. Pengaruh perubahan harga sebagian
bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan.
2. Mengelola masalah yang ditimbulkan
oleh perubahan harga bergantung pada pemahaman yang akurat atas masalah
tersebut.
3. Laporan dari para manajer mengenai
permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga lebih mudah dipercaya
apabila
kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan yang membahas
masalah-masalah
tersebut.
Meskipun laju inflasi melambat,
akuntansi perubahan harga tetap berguna karena efek kumulatif inflasi
yang
rendah dalam beberapa waktu dapat signifikan. Pengaruh distorsi inflasi
masa
lalu dapat juga bertahan selama bertahun-tahun, mengingat umur panjang
kebanyakan aktiva.
B. Pembahasan
Secara umum Inflasi
adalah kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus
menerus
selama waktu tertentu.
Dampak
Inflasi
Terhadap Kegiatan Ekonomi Masyarakat
1. Dampak
Positif
-
Peredaran
/ perputaran barang lebih
cepat.
-
Produksi
barang-barang bertambah, karena
keuntungan pengusaha bertambah.
-
Kesempatan
kerja bertambah, karena
terjadi tambahan investasi.
-
Pendapatan
nominal bertambah, tetapi
riil berkurang, karena kenaikan pendapatan kecil.
2. Dampak
Negatif
-
Harga
barang-barang dan jasa naik.
-
Nilai
dan kepercayaan terhadap uang akan
turun atau berkurang.
-
Menimbulkan
tindakan spekulasi.
-
Banyak
proyek pembangunan macet atau
terlantar.
-
Kesadaran
menabung masyarakat berkurang.
Pihak-pihak
yang
Mendapatkan Keuntungan dan yang Mendapatkan Kerugian
1.
Pihak-pihak
yang diuntungkan
a. Para
pengusaha, yang pada saat sebelum terjadinya inflasi, telah memiliki
stock/persediaan produksi barang yang siap dijual dalam jumlah besar.
b. Para
pedagang, yang dengan terjadinya inflasi menggunakan kesempatan
memainkan harga
barang. Cara yang dipakai adalah dengan menaikkan harga, karena ingin
mendapatkan laba/keuntungan yang besar.
c. Para
spekulan, yaitu orang-orang atau badan usaha yang mengadakan spekulasi,
dengan
cara menimbun barang sebanyak-banyaknya sebelum terjadinya inflasi dan
menjualnya kembali pada saat inflasi terjadi, sehingga terjadinya
kenaikan
harga sangat menguntungkan mereka
Para
peminjam, karena pinjaman telah diambil sebelum harga barang-barang
naik,
sehingga nilai riil-nya lebih tinggi daripada sesudah inflasi terjadi,
tetapi
peminjam membayar kembali tetap sesuai dengan perjanjian yang dibuat
sebelum
terjadi inflasi. Misalnya, para pengambil kredit KPR BTN sebelum inflasi
yang
mengakibatkan harga bahan bangunan dan rumah KPR BTN naik, sedangkan
jumlah
angsuran yang harus dibayar kepada BTN tetap tidak ikut dinaikkan.
2.
Pihak-pihak
yang dirugikan
a. Para
konsumen, karena harus membayar lebih mahal, sehingga barang yang
diperoleh
lebih sedikit jika dibandingkan dengan sebelum terjadinya inflasi.
b. Mereka
yang berpenghasilan tetap, karena dengan penghasilan tetap, naiknya
harga
barang-barang dan jasa, mengakibatkan jumlah barang-barang dan jasa yang
dapat
dibeli menjadi lebih sedikit, sehingga pendapatan riil/nyata berkurang,
sedangkan kenaikan penghasilan atau pendapatan pada saat terjadi inflasi
sulit
diharapkan.
c. Para
pemborong atau kontraktor, karena harus mengeluarkan tambahan biaya agar
dapat
menutup pengeluaran-pengeluaran yang diakibatkan terjadinya inflasi dan
mengakibatkan berkurangnya keuntungan yang diperoleh dari proyek yang
dikerjakan.
d. Para
pemberi pinjaman/kreditor, karena nilai riil dari pinjaman yang telah
diberikan
menjadi lebih kecil sebagai akibat terjadinya inflasi. Misalnya, sebelum
inflasi, pinjaman Rp 500.000,00 = 25 gram emas, sesudah inflasi = 20
gram emas.
e. Para
penabung, karena pada saat inflasi bunga yang diperoleh dari tabungan
dirasakan
lebih kecil jika dibandingkan dengan kenaikan harga yang terjadi. Di
samping
itu akibat naiknya harga barang-barang dan jasa, nilai uang yang
ditabung
menjadi lebih rendah/turun, jika dibandingkan dengan sebelum terjadi
inflasi.
Perlakuan
Keuntungan
dan Kerugian Inflasi
Perlakuan
keuntungan dan kerugian dari item-item moneter yaitu kas piutang dan
utang
merupakan isu yang kontroversial. Di Amerika, keuntungan dan kerugian
dari
item-item moneter ditentukan dengan me-restate ke dalam dolar konstan.
Ini
menyiratkan bahwa FASB memandang keuntungan dan kerugian dalam item
moneter
berbeda sifatnya dengan laba-laba lain.
Di
Inggris, keuntungan dan kerugian atas item moneter dipisahkan menjadi
modal
kerja dan gearing adjustment. Kedua jumlah tersebut berkaitan dengan
perubahan
tingkat harga spesifik, bukan perubahan tingkat harga umum. Mendasari
modal
kerja moneter, dasar pemikiran berikut di berikan SSAP no.16 paragraf
11-13:
ketika penjualan dilakukan secara kredit perusahaan sebenarnya mengikat
modal
kerja sampai piutang terkait ditagih. Gearing adjustment mengindikasikan
keuntungan atau biaya bagi pemegang saham dari pembiayaan hutang selama
periode
perubahan harga. Angka ini ditambah (dikurang) terhadap laba operasi
biaya
berjalan untuk menghasilkan ukuran kekayaan yang dapat dibelanjakan
(disposable
wealth) bernama laba biaya berjalan bagi pemegang saham (Current Cost
Profit
Attributable to Shareholders).
Di
negara Brazil tidak menyesuaikan aktiva lancar dan kewajiban lancar
secara
eksplisit karena jumlah ini diekspresikan dalam nilai berjalan.
Penyesuaian
yang timbul dari menghitung nilai bersih aset-aset permanen dan modal
yang
telah disesuaikan dengan tingkat harga yang mewakili keuntungan atau
kerugian
daya beli umum dalam membiayai modal kerja dengan hutang atau modal.
Bagi porsi
modal ini diakui adanya kerugian daya beli selam periode inflasi.
Badan
Standar
Akuntansi Internasional
1. IASB
meyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasi dalam mata
uang
lokal menjadi tidak berarti lagi dalam suatu lingkungan yang mengalami
hiperinflasi.
2. IAS
29: “Pelaporan keuangan dalam perekonomian hiperinflasi mewajibkan
penyajian
ulang informasi laporan keuangan utama
3. Penyajian
ulang dengan daya beli konstan pada tanggal neraca, bisa dengan model
Historical Cost atau dengan Current Cost
4. Keuntungan
dan kerugian daya beli dimasukan ke dalam laba berjalan.
Akuntansi
untuk
Inflasi di Luar Negeri
FASB
89 mendorong perusahaan untuk memperhitungkan perubahan harga, tapi
sebenarnya
masih meninggalkan permasalahan, yaitu:
Perusahaan
yang memilih untuk menyediakan data biaya kini tambahan atas operasi
luar
negeri dengan dua metode:
·
Restate
– Translate
·
Translate
– Restate
Investor
memerlukan laporan keuangan yang disesuaikan dengan tingkat harga
spesifik,
bukan tingkat harga umum. Alasannya adalah : Penyesuaian tingkat harga
spesifik
menentukan jumlah maksimum yang dapat dibayarkan oleh perusahaan sebagai
dividen tanpa mengurangi kapasitas produktifnya.
Masalah
Restate-Translate Vs Translate-Restate bukan suatu hal yang penting jika
menggunakan historical cost. Jadi, prosedur penyesuaian tingkat harga
yang
direkomendasikan adalah :
·
Sajikan
ulang laporan keuangan untuk
mencerminkan perubahan dalam harga spesifik.
·
Translasikan
akun-akun menggunakan suatu
nilai konstan (Kurs pada tahun dasar atau tahun sekarang)
·
Gunakanlah
indeks harga spesifik yang
relevan untuk menghitung keuntungan dan kerugian moneter.
Menyajikan
ulang baik akun-akun perusahaan luar negeri dan domestic menjadi
ekuivalen
harga kini akan menghasilkan informasi relevan dengan keputusan.
Jenis
Penyesuaian Inflasi
Setiap jenis perubahan harga
memiliki pengaruh yang berbeda terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan
dan
kinerja operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh adanya
tujuan-tujuan
berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk laporan keuangan atas
perubahan tingakat
harga umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis.
Akuntansi
untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini.
a.
Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Jumlah
mata uang yang disesuiakan terhadap perubahan tingkat harga umum (daya
beli)
disebut sebagai mata uang konstan biaya historis atau ekuivalen daya
beli umum.
Jumlah mata uang yang belum disesuaikan sedemikian rupa disebut sebagai
jumlah
nominal. Sebagai contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva berumur
panjang
yang dilaporkan didalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan
dalam
mata uang nominal. Apabila biaya historisnya dialokasikan terhadap laba
periode
kini (dalam bentuk beban depresiasi), pendapatan, yang mencerminkan daya
beli
kini, ditandingkan dengan biaya yang mencerminakan daya beli (yang lebih
tinggi)dari peride terdahulu saat aktiva tersebut dibeli. Oleh karena
itu,
jumlah nominal harus disesuiakan untuk perubahan-perubahan dalam daya
beli umum
uang agar dapat ditandingkan dengan transaksi kini.
Indeks
Harga
Perubahan
tingkat harga umum diukur dengan indeks tingkat harga dalam bentuk ∑p1q1
/∑p0q0
dimana p = harga suatu barang tertentu dan q = kuantitas yang
dikonsumsi. Suatu
indeks harga adalah rasio biaya. Contoh, jika sebuah keluarga yang
terdiri dari
empat orang menghabiskan uang $20.000 untuk membeli sebuah keranjang
barang dan
jasa yang representative pada akhir tahun 1 (tahun dasar = awal tahun 2)
dan
$22.000 untuk membeli keranjang yang sama setahun kemudian (awal tahun
3),
indeks harga akhir tahun pada tahun 2 adalah $22.000/$20.000 atau 1,100.
Angka
ini menunjukan adanya laju inflasi sebesar 10% selama tahun 2. Demikian
pula
halnya, apabila keranjang dalam contoh diatas $23.500 bagi suatu
keluarga yang
terdiri dari 4 orang pada 2 tahun kemudian (akhir tahun 3), maka indeks
tingkat
harga umum akan menjadi $23.500/$20.000 atau 1,175 yang menujukan laju
inflasi
sebesar 17,5% semenjak tahun dasar. Indeks untuk tahun dasar adalah
$20.000/$20.000 atau 1.
Penggunaan Indeks Harga
Penggunaan Indeks Harga
Angka
indeks harga digunakan untuk mentranslasikan jumlah yang dibayarkan
selama
periode terdahulu menjadi ekuivalen daya beli pada akhir periode. Metode
yang
digunakan adalah sebagai berikut :
GPLc
/ GPLtd x Jumlah nominaltd = PPEc
Dimana
:
GPL
= indeks harga umum
c
= periode kini
td
= tanggal transaksi
PPE
= ekuivalen daya beli umum
Sebagai
contoh, misalkan uang yang dikeluarkan pada akhir tahun dasar adalah
$500 dan
setahun kemudian sebesar $700. Untuk menyajikan ulang pengeluaran
menjadi
ekuivalen daya beli tahun 3, dengan menggunakan angka-angka indeks harga
dari
contoh sebelumnya, maka yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Akhir
dari Pengeluaran Nominal Faktor Penyesuaian Ekuivalen Daya Beli
Tahun 3
Tahun 3
Tahun
1 $500 1,175/1,000 $587,50
Tahun 2 $700 1,175/1,100 $747,73
Dengan demikian dibutuhkan uang sebesar $587,50 pada akhir tahun 2 untuk membeli apa-apa yang dapat terbeli dengan uang sebesar $500 pada akhir tahun 1. Demikian juga akan dibutuhkan uang sebesar $747,73 pada akhir tahun 3 untuk membeli apa-apa yang dapat terbeli dengan uang sebesar $700 setahun sebelumnya. Dengan kata lain, selama periode inflasi, pengeluaran nominal sebesar $500 pada akhir tahun 1 dan sebesar $700 setahun kemudian, tidak dapat dibandingkan kecuali angka-angka tersebut dinyatakan dalam denominasi umum.
Tahun 2 $700 1,175/1,100 $747,73
Dengan demikian dibutuhkan uang sebesar $587,50 pada akhir tahun 2 untuk membeli apa-apa yang dapat terbeli dengan uang sebesar $500 pada akhir tahun 1. Demikian juga akan dibutuhkan uang sebesar $747,73 pada akhir tahun 3 untuk membeli apa-apa yang dapat terbeli dengan uang sebesar $700 setahun sebelumnya. Dengan kata lain, selama periode inflasi, pengeluaran nominal sebesar $500 pada akhir tahun 1 dan sebesar $700 setahun kemudian, tidak dapat dibandingkan kecuali angka-angka tersebut dinyatakan dalam denominasi umum.
Angka-angka
yang telah disesuiakan tidak mewakili biaya kini pos-pos yang dimaksud
atau
angka-angka tersebut masih merupakan biaya histories. Angka-angka biaya
histories hanya disajikan ulang dalam unit pengukuran yang baru-daya
beli umum
pada akhir periode.Apabila transaksi terjadi secara merata dalam suatu
periode,
penyesuaian tingkat harga dapat dilakukan. Pada saat menyatakan
pendapatan
dalam ekuivalen daya beli akhir periode, bukan dengan menyesuaikan
pendapatan
setiap hari terhadap tingkat harga , tetapi dapat digunakan cara dengan
mengalihkan seluruh pendapatan dalam satu tahun dengan rasio indeks
akhir tahun
terhadap indeks rata-rata tingkat harga umum selama tahun tersebut.
Yaitu:
GPLc
/ GPLavg x Pendapatan Total = PPEc
Objek
Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Secara
Tradisional, laba (yaitu kekayaan yang dapat digunakan) merupakan bagian
dari
kekayaan perusahaan (yaitu aktiva bersih) yang dapat ditarik oleh
perusahaan
selama suatu periode akuntansi tanpa mengurangi kekayaannya hingga
berada
dibawah posisi awal. Asumsikan tidak adanya tambahan investasi atau
penarikan
investasi oleh pemilik dalam suatu periode, jika aktiva bersih awal
perusahaan
sebesar £30.000 dan aktiva bersih meningkat menjadi £45.000 yang
disebabkan
oleh operasi yang menguntungkan, laba akan menjadi £15.000. Jika
perusahaan
tersebut membayarkan deviden sebesar £15.000, Kekayaan pada akhir
periode akan
sama dengan kekayaan pada awal periode.
Akuntansi
konvesional mengukur laba sebagai jumlah maksimum yang dapat ditarik
dari
perusahaan tanpa mengurangi jumlah uang yang menjadi modal awalnya.
Misalkan tingkat harga umum meningkat sebesar 21% selama satu tahun. Untuk mengimbangi inflasi, suati perusahan memulai tahun dengan uang $100 akan menginginkan nilai investasinya naik paling tidak $ 121 karena jumlah ini yang diperlukan pada akhir tahun untuk memebeli apa-apa yang dapat terbeli dengan uang $100 pada awal periode. Misalkan dengan menggunakan Akuntansi konvesional, perusahaan memperoleh penghasilan sebesar $50 (setelah pajak).Menarik dana sebesar $50 akan mengurangi kekayaan nominal akhir periode perusahaan pada jumlah sebesar $100 lebih sedikit daripada yang diperlukan agar tetap sama dengan inflasi ($121). Model daya beli konstan biaya historis menganggap perbedaan ini dengan mengukur laba sehingga perusahaan dapat membayarkan seluruh labanya sebagai deviden, sementara memiliki daya beli pada akhir periode yang sama besarnya dengan awal periode.
Misalkan tingkat harga umum meningkat sebesar 21% selama satu tahun. Untuk mengimbangi inflasi, suati perusahan memulai tahun dengan uang $100 akan menginginkan nilai investasinya naik paling tidak $ 121 karena jumlah ini yang diperlukan pada akhir tahun untuk memebeli apa-apa yang dapat terbeli dengan uang $100 pada awal periode. Misalkan dengan menggunakan Akuntansi konvesional, perusahaan memperoleh penghasilan sebesar $50 (setelah pajak).Menarik dana sebesar $50 akan mengurangi kekayaan nominal akhir periode perusahaan pada jumlah sebesar $100 lebih sedikit daripada yang diperlukan agar tetap sama dengan inflasi ($121). Model daya beli konstan biaya historis menganggap perbedaan ini dengan mengukur laba sehingga perusahaan dapat membayarkan seluruh labanya sebagai deviden, sementara memiliki daya beli pada akhir periode yang sama besarnya dengan awal periode.
Misalkan
perusahaan dagang Argentina memulai tahun kalender dengan uang tunai
(kas) sebesar
AP100.000 (tanpa utang), kemudian ditukarkan dengan persediaan yang
dapat
dijual 10.000 CD bintang musik rock Argentina dengan biaya per unit
sebesar 10
peso. Perusahaan menjual seluruh persediaannya dengan mark up sebesar
50%.
Asumsikan tidak terdapat inflasi, maka laba perusahaan akan menjadi
AP50.000,
perbedaan antara aktiva bersih akhir dan awal (AP150.000-AP100.000) atau
pendapatan dikurangi beban. Penarikan dana sebesar AP50.000 yang
menyebabkan
perusahaan tinggal memiliki dana sebesar AP100.000 yang sama dengan
jumlah kas
pada awal periode.
Dalam
perhitungan diatas, penjualan terjadi sama merata sepanjang tahun,
sehingga
disesuaikan dengan rasio indeks harga rata-rata. Persediaan yagn dijual
selama
tahun tersebut dibeli pada awal tahun, harga pokok penjualan disesuiakan
dengan
rasio indeks akhir tahun terhadap indeks awal tahun.
Darimana
datangnya kerugian moneter ? Selama inflasi perusahaan akan mengalami
perubahan
kekayaan yang tidak berkaitan dengan kegiatan opersinya. Perubahan
muncul dari
aktiva atau kewajiban moneter, kewajiban untuk membayarkan mata uang
dengan
jumlah yang tetap dimasa depan. Aktiva moneter mencakup kas dan piutang
usaha
yang umumnya akan kehilangan daya beli selama periode inflasi. Kewajiban
moneter mencakup kebanyakan utang yang umumnya akan menimbulkan
keuntungan daya
beli selama periode inflasi.
Pernyataan
di Meksiko mengenai akuntansi inflasi B-10 konsisten dengan model daya
beli
konstan harga historis.
b.
Penyesuaian Biaya Kini
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvesional dalam dua aspek utama.
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvesional dalam dua aspek utama.
1. Aktiva tetap dinilai berdasarkan
biaya kini bukan biaya historis
2. Laba adalah jumlah sumber daya yang
dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa
pertimbangan
komponen pajak),namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif
atau model
fisik perusahaan
3. Satu cara untuk mempertahankan
modal
adalah dengan menyesuikan posisi aktiva bersih awal perusahaan untuk
mencerminkan perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktifa selama periode
berjalan
Metode
Mana yang Lebih Baik
Para pendukung model daya beli
biaya
historis konstan berpendapat bahwa model biaya kini melanggar kerangka
dasar
pengukuran biaya historis karena tidak berdasarkan biaya akuisisi pada
awalnya,
model tersebut juga didasarkan pada biaya perkiraan hipotetis dan oleh
karenanya terlalu subjektif dan sukar dilaksanakan dalam praktik.
Mengabaikan
perubahan daya beli umum atas uang menyebabkan perbandingan antar
periode sukar
diinterpretasikan dan juga tidak mempertimbangkan keuntungan dan
kerugian dari
kepemilikan pos-pos moneter seperti utang. Pada model penyesuaian biaya
kini,
usaha tidak dipengaruhi oleh inflasi umu, tetapi lebih dipengaruhi oleh
kenaikan biaya operasi khusus dan pengeluaran aktiva tetap.
Model daya beli biaya kini konstan
menggabungkan karakteristik model daya beli biaya historis konstan dan
model
biaya kini. Kerangka dasar campuran ini mengakui kenaikan dalam nilai
kini
aktiva sebagai keuntungan kekayaan, dan dengan demikian memungkinkan
dilakukannya perbandingan antara laba kini dan laba pada periode
sebelumnya.
Perusahaan dianggap akan lebih baik hanya jika aktiva meningkat lebih
besar
daripada laju inflasi. Keuntungan atau kerugian moneter, yang umumnya
diabaikan
dalam model biaya kini, merupakan bagian dari pengukuran.
Isu-Isu
Mengenasi
Inflasi
Empat Isu Akuntansi
Inflasi:
·
Apakah
dolar konstan atau Current Cost
yang lebih baik untuk mengukur pengaruh inflasi?
·
Perlakuan
Akuntansi terhadap keuntungan
dan kerugian inflasi
·
Akuntansi
inflasi luar negri
·
Menghindari
fenomena “kejatuhan ganda”
C. KESIMPULAN
Perubahan harga terjadi diseluruh
dunia, pengaruh terhadap pelaporan bisnis dan keuangan berbeda-beda dari
satu
negara ke negara lain. Selama periode inflasi, nilai aktiva yang dicatat
sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya
(yang lebih
tinggi).
Secara umum Inflasi adalah kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara
umum
dan terus menerus selama waktu tertentu. Dengan adanya inflasi maka
pemerintah
dituntut untuk mengambil suatu kebijakan dalam penentuan perubahan harga
dimana
untuk menentukan hal tersebut terdapat dua metode yaitu metode
penyesuaian
harga tingkat umum dan metode penyesuaian biaya kini. Metode yang baik
digunakan untuk menentukan perubahan harga yaitu metode penyesuaian
biaya kini
karena Model
daya beli biaya kini konstan
menggabungkan karakteristik model daya beli biaya historis konstan dan
model
biaya kini
Sumber :
Choi, Frederick D. S. dan Gary K.
Meek.
International Accounting. Buku 1 Edisi 6. 2010: Salemba Empat.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/dampak-inflasi-dan-pihak-yang.html
http://riscawidya.blogspot.com/2011/05/perspektif-internasional-terhadap.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar